Adalah Sanny Gaddafi yang membesut FUPEI karena dipicu rasa penasaran melihat perkembangan Friendster. Terlebih, lajang kelahiran Bekasi 25 Agustus 1980 ini juga hobi berselancar di dunia maya dan mengantongi ilmu teknologi informasi. “Sebuah website yang amat sederhana dapat begitu cepat berkembang dengan mengandalkan fasilitas yang memang menjadi sifat dasar setiap manusia, yaitu bersosialisasi,” kata lulusan S-1 Teknologi Informasi dan Statistik dari Universitas Bina Nusantara dan S-2 Finance dari almamater yang sama ini.
Dengan modal sendiri, ia menyewa server. Dengan pertimbangan membantu Sanny yang menciptakan produk lokal, si pemilik server justru menggratiskan biaya sewanya. Alhasil, hanya dua-tiga bulan Sanny membayar sewa server dari koceknya. Untuk biaya server sebulan, ia mengaku tidak sampai Rp 1 juta. Terobsesi membesarkan FUPEI, pada 2006 Sanny membeli server sendiri dengan harga sekitar Rp 15 juta.
Keberadaan FUPEI rupanya memincut investor asal Amerika Serikat yang kemudian memfasilitasi FUPEI dengan server yang diletakkan di luar negeri. Hanya saja, kerja sama ini tak berlangsung lama. “Karena ketidakcocokan,” kata Sanny, yang kemudian membeli server baru lagi untuk FUPEI seharga sekitar Rp 20 juta pada awal 2008.
Saat pertama dibuat, Sanny memang belum memikirkan model bisnis FUPEI. Namun, sejak mendapat respons yang sangat bagus dari FUPEIs – sebutan bagi para pengguna FUPEI – sebagai freelance web developer, ia mulai menjadikan FUPEI sebagai salah satu portofolio bisnisnya. Maklum, dengan keberadaan FUPEI, sosok Sanny sebagai seorang web developer semakin dikenal. “Saya jadi dapat memperoleh proyek-proyek lain dan saat ini FUPEI menjadi prioritas bisnis saya,” ungkapnya.
Diakui Sanny, meski secara finansial saat ini FUPEI masih defisit, ia berniat untuk mengembangkan FUPEI secara lebih profesional. Pasalnya, perkembangan FUPEI makin lama makin membaik. Target ke depan adalah memperoleh investor untuk bisa mengembangkan FUPEI dengan lebih baik lagi. “Tidak perlu muluk-muluk berskala internasional, cukup di negara sendiri. Ya kami tidak mungkin head to head dengan Facebook,” ujar sulung dari dua bersaudara ini.
Sumber
Comments :
Posting Komentar